Sabtu, 28 Desember 2013

Kabar baik di akhir tahun

beni badaruzaman
Sabtu pagi yang biasanya disibukkan dengan kedua anakku, kali ini agak nyantai sedikit, karena kedua anakku sedang liburan di rumah neneknya. Sehingga saya bisa nyantai sebentar dengan istri dirumah. Tiba-tiba “Ting” notifikasi email berdenting di smartphoneku. Ternyata email dari bunda Sofie Beatrix dari AsaMediau. Wow, pagi-pagi begini ada email yang membuat semangat saya membuncah, karena email ini adalah jawaban atas email yang sebelumnya kami diskusikan.

Tentu isi dari email itu adalah tentang progres buku yang sedang saya garap. Sekitar bulan November bersamaan dengan penyelenggaraan WBT#11 kami berjumpa dan diskusi tentang buku “Ini Cara Gue Banget”, Alhamdulillah buku di terima untuk di proses menurut prosedural yang berlaku di AsaMediamu.

Gayung bersambut, kek Jamil Azzaini (Inspirator SuksesMulia) dan Bunda Sofie Beatrix (Penulis dan Pengkader Penulis)  memberitakan kabar yang luar biasa membuat hati ini berharu biru, beliau berdua begitu perhatian dengan para kadernya yaitu alumni Akademi Trainer. Dan tidak hanya sekedar perhatiannya saja yang tentu sudah kita pernah rasakan selama ini. Tetapi ini nyata dan konkrit, yaitu beliau menyusun program untuk mengorbitkan para alumni Akademi Trainer untuk menjadi penulis yang handal dan berpengaruh dan akan produknya akan menjadi “mega Best Seller seperti buku ON, Aamiin. Program tersebut adalah “Co Writer spesial untuk alumnus Akademi Trainer pilihan Co Branding Jamil Azzaini”. Penawaran program tersebut ditawarkan kepada saya, dan mudah-mudahan ini yang pertama. Karena begitulah kata Bunda Sofie, dia akan garap buku saya ini karena materinya menarik dan belum ada yang garap untuk tema seperti ini.

Alhamdulillah, jika disederhanakan program “Co Writer spesial untuk alumnus Akademi Trainer pilihan Co Branding Jamil Azzaini” itu nantinya kek Jamil Azzaini akan bantu menulis di buku itu dan akan diolah oleh bunda Sofie sehingga menadi buku yang menarik dan enak dibaca. Di cover depannya akan ada nama penulis dan co writer Jamil Azzaini dengan di tampilkan logo Akademi Trainier sebagai rumah besar para alumninya. Bisa di rasakan, bagaimana hati ini berbunga-bunga, - “feeling sekali” hehehe ....
Ada salah satu yang menarik bagi saya secara pribadi, konsep program ini jelas sangat jelas ingin mengangkat/mengkatrol penulis-penulis pemula dengan jaminan seorang Guru yang bersahaja dengan rela menyumbangkan buah pikirannya dalam tulisan dan disandingkan dengan penulisnya, dalam hal ini ada nama saya sebagai penulis dan Jamil Azzaini sebagai Co Writer.
Selain itu, program ini juga akan di garap serius mulai dari penulisan, desain, penunjukan penerbit, konsep pemasaran online, dan event-event trainingnya juga. Di dalam event training ini nantinya akan digarap bareng oleh Akademi Trainer. Wow, sebuah konsep yang jelas dari sebuah niat untuk mengangkat derajat para lulusan Akademi Trainer ketempat yang lebih tinggi dan bermartabat.  Semoga niat dan aksi yang jelas dari para penggagas program ini di ridhoi Allah SWT dan menjadi ladang amal jariyah buatnya. Buat kek Jamil Azzaini makin jelas dengan visinya yang mengkader dan bunda Sofie juga dengan konsepnya, ini menandakan jalur SuksesMulia-nya dilaksanakan dengan nyata. Bahasa sederhananya sesuai dengan PassiON mereka berdua.

Email tadi pagi sangat jelas sekali seorang bunda sofie ingin memberikan hasil sentuhan yang terbaik dari sebelumnya, beliau bertujuan ingin buku ini menjadi mega best sellser seperti buku ON. Setelah mengabarkan dan berdiskusi dengan istri, kamipun bersyukur atas kabar baik ini, dan istripun mendukung apa yang menjadi langkah saya. Maka saya pun sepakat atas sejumlah aturan yang menurut hemat kami bisa membuat win-win solution sehingga pada proses perjalanannya buku ini terbit sesuai dengan jadwal. Mohon sabar dan doa dari pembaca semua, buku ini sedang digodok lagi agar hasilnya lebih maksimal dan bisa diterima dan tingkat kebermanfatannya lebih terasa.

Saya flashback kembali, ternyata apa yang tertulis di buku ON karya kek Jamil Azzaini, kalo kita laksanakan secara istiqomah mulai dari membuat visiON, juga dilaksanakan dengan ActiON yang mengutamakan skala Prioritas dan dan dikerjakan sesuai dengan Aksi strategis, dan mengerjakannya sesuai dengan PasiON serta berkolaborasi dengan komunitas 3 tif, Insya Allah hasilnya akan dilalui dengan terasa ringan dan nyaman dan menghasilkan karya yang bisa dibanggakan. Bagi yang belum ON, yuk move on di 2014 ini. Buat resolusi yang efeknya WOW buat kehidupan kita dan bermanfaat bagi orang banyak.

Terbayang, apa yang menjadi cita-cita Kek Jamil dengan Akademi Trainernya yang mencetak kader-kader terbaik dalam mempersembahkan karya-karyanya juga memberikan training-training yang berpengaruh bagi terciptanya peradaban SuksesMulia membumi di tanah Indonesia yang kita cintai.

Demikian tulisan singkat ini, semoga bisa mengisnpirasi kita semua.

Salam SuksesMulia
Beni Badaruzaman (@beni_be)
book writer “Red Carpet of Your Child”

Rabu, 27 November 2013

Cara Efektif Memilih Jurusan SMA yang “GUE BANGET…”

beni badaruzaman
Setiap orang pada akhirnya akan menekuni sebuah profesi tertentu yang menurut mereka cocok sebagai sumber penghidupan sekaligus kehidupan dan nyaman dalam menjalaninya. Profesi yang pas tersebut selalu berpijak pada bakat alami yang tidak bisa dilepaskan dari mesin kecerdasan otaknya. Nah, awal saat meniti karir di profesi yang akan ditekuni adalah ketika ia memilih jurusan dalam pendidikan yang akan dilalui menuju profesi tersebut. Penentuan jurusan yang paling dini dalam pendidikan adalah saat mau masuk SMA, dimana menurut kurikulum 2013, penentuan jurusan dilakukan mulai kelas 1 SMA.

Terkait dengan kebutuhan penentuan jurusan tersebut, STIFIn memberikan arahan berdasarkan hasil tes fingerprint siswa, yang sejatinya disesuaikan dengan bakat alami dan mesin kecerdasan masing-masing siswa. Caranya, lakukan tes sidik jari STIFIn. Matriksnya kurang lebih sebagai berikut :

No.
Mesin
Pilihan Utama
Pilihan
Pilihan
Kecerdasan
Rekomendasi STIFIn
Kedua
Ketiga
1
Si
Bahasa
IPS
IPA
2
Se
Bahasa
IPS
IPA
3
Ti
IPA
IPS
Bahasa
4
Te
IPA
IPS
Bahasa
5
Ii
IPA
Bahasa
IPS
6
Ie
IPA
Bahasa
IPS
7
Fi
IPS
Bahasa
IPA
8
Fe
IPS
Bahasa
IPA
9
In
IPS/Bahasa
IPA
-

Sabtu, 02 November 2013

STIFIn sebagai alat tes

beni badaruzaman
Setelah menjelaskan konsep, disini ini kita akan bicara tentang STIFIn sebagai alat tes. STIFIn sebagai alat tes diturunkan dari konsep STIFIn. Perlu diperhatikan baik-baik, STIFIn sebagai alat tes hanya menjawab dua pertanyaan saja, tidak lebih dan tidak kurang:
  • Dimana letak belahan otak dominan? 
  • Pada belahan otak yang dominan tersebut dimana lapisan otak yang dominan? 
Setelah dua pertanyaan itu terjawab, terkuaklah jutaan informasi yang bisa dibahas dengan pendekatan berbagai teori tentang manusia. Hal ini sekadar untuk menunjukkan bahwa hasil tes STIFIn bukanlah ramalan, apalagi tebak-tebakan. STIFIn jauh dari semua bid’ah ilmu pengetahuan itu. Meski begitu, para ilmuwan psikologi arus utama, (harus disebut arus utama karena ada juga sebagian psikolog yang tidak seperti ini), masih belum bersedia menerima dan mengakui alat tes di luar yang dipakai selama ini, pencil and paper dan alat ukur ilmiah lainnya, yang sesungguhnya berkecenderungan hanya memotret fenotip. Mereka dinilai melanggar kode etik jika mengakui tes di luar alat test yang dipakai selama ini. Karenanya kita, STIFIn, ketimbang membuang–buang waktu berdiskusi mengenai alat tes yang bisa berubah menjadi diskusi warung kopi alias debat kusir, tinggalkan saja diskusi tentang alat tes, dan ajak para ilmuwan psikologi untuk berdiskusi mengenai konsep STIFIn, supaya produktif.

Ok..kita tinggalkan ilmuwan psikologi sebentar. Kita lihat cara kerja alat tes STIFIn. Sepuluh jari Anda di-scan. Data guratan atau sidik jari Anda diolah oleh aplikasi komputer untuk menentukan be- lahan dan lapisan otak dominan. Setelah mengetahui belahan dan lapisan otak dominan, kemudian diketahuilah jenis kecerdasan Anda, salah satu diantara 5 mesin kecerdasan dan salah satu diantara 9 personaliti genetik. Pertanyaan intinya yang selalu ditanyakan setiap orang adalah apa hubungan antara guratan sidik jari dengan otak. Mari kita urai satu persatu, supaya paham duduk soalnya.

Pertama, dan terutama, tidak ada guratan atau sidik jari yang sama antara manusia yang satu dengan yang lain diantara miliaran orang penduduk bumi, baik orang pada jaman dulu, jaman sekarang, dan jaman yang akan datang. Bukan saja sudah menjadi rahasia umum tapi juga sudah dibuktikan oleh banyak penelitian. Setiap manusia lahir ke dunia dalam keadaan sidik jari yang unik, tidak akan sama dengan orang lain. FBI di USA atau INAFIS di Indonesia telah punya rumus baku bagaimana mengidentifikasi jenis sidik jari seseorang. Kami di sini mengartikan bahwa jika sidik jari setiap manusia unik, maka komposisi otak setiap manusia dengan sendirinya juga unik. Sidik jari merupakan wajah sistem syaraf, dimana otak adalah pengendali sistem syaraf di seluruh tubuh sehingga sidik jari dengan sendirinya terhubung dengan otak secara langsung.

Kedua, jumlah garis pada setiap jari mencerminkan kapasitas bagian otak tertentu. Dengan menggunakan metode Ridge Counting, jumlah garis yang ada diantara delta dan core sidik jari pada setiap jari dapat diketahui. Dari hasil penghitungan itu yang berupa jumlah garis di setiap jari dapat disimpulkan ukuran otak masing-masing bagian. Hasil ridge counting inilah yang kira-kira sama dengan hasil analisis bentuk kepala kita. Jika jumlah garis yang paling banyak adalah pada jari yang terhubung dengan otak kiri atas, maka kapasitas (ingat sekali lagi kapasitas) paling besar adalah bagian otak yang pandai belajar logika dan matematika. Perlu Anda ketahui metode inilah yang dipakai oleh semua tes sidik jari yang ada saat ini, tentu saja selain STIFIn. Masalahnya, sistem operasi otak, bisa saja dikendalikan oleh bagian otak yang ukuran atau kapasitasnya lebih kecil. Karena itu harus ada cara lain yang bisa menghubungkan sidik jari dengan sistem operasi otak. Metode identifikasi ala INAFIS atau metode ridge counting ala tes sidik jari yang lain ternyata tidak bisa melakukan fungsi ini. Disinilah, kekuatan STIFIn, selangkah di depan, karena menemukan metode baru menganalisis sidik jari yang dikorelasikan langsung dengan sistem operasi otak.

Ketiga, kadar sistem operasi otak dapat diestimasi di setiap jari. Jadi pada jari tertentu yang memiliki kadar sistem operasi paling kuat langsung terpetakan jenis mesin kecerdasannya dan personaliti genetiknya sesuai dengan belahan dan lapisan otak pasangan jari tersebut. Bagaimana jika ada jari yang putus atau tidak lengkap? Apakah masih bisa diketahui kecerdasannya? Sepanjang tidak semua jarinya putus, orang yang tidak lengkap jarinya itu sesungguhnya masih bisa ikut tes namun tidak kami layani karena kerap disalahgunakan oleh peserta tes yang jarinya komplit. Caranya, kita dapat petakan kecerdasannya dari jari yang paling lemah kadar sistem operasinya. Kok bisa? Sederhana, karena setiap jari punya pasangan: yang lemah berpasangan dengan yang kuat. Jadi jika jari yang masih ada itu ternyata yang kuat kadar sistem operasinya, maka tentu dengan sendirinya yang putus tadi adalah yang lemah kadarnya. Begitu pula sebaliknya. Dari situlah sistem operasi dominan akan terpetakan. Tapi semakin lengkap jarinya, tentu saja semakin baik hasil analisisnya. Kalau Anda bertanya bagaimana formula mengukur sistem operasi tentu saja menjadi rahasia dapur kami. Sedangkan jari yang mana yang berkait dengan bagian otak yang mana akan dijelaskan lebih rinci pada sesi 3 nanti.

Sebagaimana sifat teknologi yang terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, alat test STIFIn tentu saja memiliki peluang untuk diperbaiki. Bahkan mungkin suatu saat diganti dengan alat tes yang mengikuti perkembangan teknologi terbaru yang terus bergerak ke depan. Jika sekarang berdasarkan sidik jari, bukan tidak mungkin kelak menggunakan jenis tes biometrik lain yang lebih lengkap, katakanlah kornea mata, atau bahkan lebih jauh lagi meng- gunakan tes DNA ketika pada suatu saat uji klinis DNA nanti sudah bisa dimassalkan dengan harga yang murah.

Tingkat akurasi test STIFIn

Bagiamana sih kehandalan alat tes STIFIn? Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh lembaga independen, dari 352 orang yang melakukan tes ulang, satu bulan setelah tes sebelumnya, hanya 3 orang yang hasilnya berubah. Dengan demikian akurasinya di atas 95%. Sedangkan berdasarkan data dari STIFIn sendiri, sebagian besar dari 60 ribu orang lebih yang sudah melakukan tes STIFIn mengaku bahwa apa yang ditampilkan dari hasil tes itu menjelaskan secara sempurna apa yang mereka rasakan selama ini. Tidak kurang 95% dari mereka yang sudah menggunakan alat test STIFIn itu menyatakan ekspresi mereka setelah tes sebagai, “gua banget” atau “kok bisa pas sih” atau “jadi malu aku seperti ditelanjangi” atau “kok bisa ya?” dan berbagai komentar senada lainnya. Maka, meski alat tes ini memiliki ruang untuk diperbaiki, namun akurasinya saat ini sudah mapan di atas 95%. Dalam riset ilmu sosial ini adalah sebuah angka yang fantastis.

Tes STIFIn ini mengukur unsur genetik seseorang, sesuatu yang dibawa lahir dan tidak berubah sepanjang hayat. Sedangkan alat seperti pencil and paper test seringkali hanya bisa mengukur fenotip seseorang, sesuatu yang tampak secara lahiriah ketika tes sedang di- laksanakan. Itu sama artinya dengan tampilan yang berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Ahli kedokteran olahraga dari University of London, Nicola Maffulli, mengatakan faktor gen menemukan 30-60 persen keberhasilan latihan fisik orang biasa. Pada atlet, gen menentu- kan keberhasilan hingga 83 persen. Sedang menurut Stephen Roth ahli genetika dari University of Maryland di Baltimore, 80 persen kemam- puan fisik ditentukan oleh gen bukan oleh latihan (Koran Tempo 2 Agustus 2012 halaman A12).

Rumus Fenotip 100% = Genetik 20% + Lingkungan 80% ini membuat tak sedikit manusia galau dan tak kurang pula banyaknya yang lebay. Mereka galau karena sudah mempercayakan nasibnya pada fenotip 100%, namun tetap tidak mencapai performa tertingginya: SuksesMulia. Sebaliknya, mereka menjadi lebay karena sudah terlanjur percaya berlebihan pada konsep bahwa lingkunganlah yang paling berperan dan bukan pada potensi bawaan, tapi tak mendapatkan apa yang mereka harapkan. Ya, rumus itu benar belaka. Lingkunganlah yang menempati porsi terbesar dalam pengembangan diri. Tapi, genetik yang meski porsinya hanya sekitar 20 persen tapi sangat menentukan. Ini mirip seperti; Hukum Dari Yang Sedikit (law of the vital few) dimana yang sedikitlah yang dominan atau penentu. Jadi, mereka yang berpegang teguh kepada genetik 20% - lah yang kemudian merasa bahagia dan senang dalam menjalani hidupnya. Terlebih jika berada atau dia ciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan genetiknya tadi. Sempurnalah hidupnya. Pelajaran penting dari pengetahuan tadi adalah: temukanlah genetik Anda. Bagi yang percaya pengaruh genetik hanya 20 persen atau bahkan yang percaya hingga 80 persen, hanya pintu genetiklah yang lebih memastikan kesukses-muliaan Anda.

Tuhan memberi resep kepada manusia untuk bersyukur dengan ilmu yang betul. Apabila ilmu yang dipakai salah atau tidak tepat, maka tujuannya tidak akan tercapai, setidak-tidaknya jalan menuju tujuan akan panjang dan penuh kelokan. Jadi, pakailah ilmu yang benar untuk menemukan ‘karpet-merah’, yakni jalan yang tepat, cepat, murah, dan menyenangkan. Semua manusia, dalam keadaan apapun atau dalam kondisi apapun, memiliki jalan suksesnya sendiri- sendiri semudah dan semeriah menjalani ‘karpet-merah’nya. Itulah surga dunianya. “Barangsiapa tidak menemukan surga dunianya, maka ia tidak akan memasuki surga akhirat-Nya” kata Ibnu Taimiyah. Konsep STIFIn diniatkan sebagai amal kifayah untuk memudahkan manusia menemukan jalan SuksesMulianya. Sebagaimana seruan yang disebut 4 kali dalam Al Quran....i’maluu ‘alaa makaanatikum... atau berbuatlah sesuai dengan keberadaan-terbaikmu. Konsep STIFIn diharapkan menjadi bagian dari pencerahan agar manusia mampu menjalani keberadaan-terbaiknya. Siapa saja!

Pada akhirnya, fakta keseharian berbicara bahwa lebih mudah menggunakan pendekatan ala STIFIn, yaitu: sistem operasi dominan disyukuri dan diberi investasi yang besar, sedangkan kecerdasan yang bukan sistem operasi dibiarkan berkembang secara alamiah dan dijalankan penuh sabar. Kombinasi mensyukuri kelebihan dan bersabar dengan kelemahan menggunakan ilmu yang betul, yang akan membuat kita semua selamat sampai di tempat terbaik...dan... terindah. SuksesMulia.

STIFIn Bukan Ramalan

beni badaruzaman
Konsepnya dibangun berdasarkaan teori-teori para ahli di bidangnya yang kemudian dielaborasi. Terdapat tiga terori yang menjadi dasar pijakan konsep STIFIn, masing-masing:
o Teori Fungsi Dasar dari perintis psikologi analitik berkebangsaan Swiss bernama Carl Gustav Jung yang mengatakan bahwa terdapat empat fungsi dasar manusia yakni fungsi pengindraan (sensing), fungsi berpikir (thinking), fungsi merasa (feeling), dan fungsi intuisi (intuition). Dari empat fungsi dasar itu, hanya salah satu diantaranya ada yang dominan.

  1. Teori Belahan Otak dari seorang neurosaintis Ned Hermann yang membagi otak menjadi empat kuadran yakni limbik kiri dan ka- nan, serta cerebral kiri dan kanan. 
  2. Teori Strata Otak Triune (tiga kepala menyatu) dari neurosaintis lain yang berkebangsaan Amerika, Paul MacLean yang membagi otak manusia berdasarkan hasil evolusinya: otak insani, mamalia, dan reptilia.

Di atas segalanya, perlu digarisbawahi, konsep STIFIn bukan sekedar mengubah dari 3 kotak (MacLean) menjadi 4 kotak (Jung dan Hermann) kemudian menambahkan satu lagi kotak menjadi 5 (STIFIn). Jika hanya begitu adanya, STIFIn tidak lebih dari hanya sebuah rangkuman dan berhenti di situ. Fakta bahwa STIFIn bisa menjelaskan banyak hal, membuktikan bahwa konsep ini memiliki hal-hal baru hasil sintesa. STIFIn memiliki hal-hal berikut ini:

  • Teori menyilang sebagai superior dan inferior dalam satu paket, 
  • Teori irisan persamaan (diantara kutub perbedaan pada kuadran dan diagonal) 
  • Teori hubungan sosial segi lima yang unik dan logis (kami menyebutnya dengan Teori Sirkulasi STIFIn), 
  • Teori keselarasan metabolisme tubuh berdasarkan mesin kecerdasannya, 
  • Teori kalibrasi berdasarkan mesin kecerdasannya, 
  • Teori genetika sesuai mesin kecerdasannya, 
  • Teori strata genetik mulai dari Mesin Kecerdasan-Drive Kecerdasan-Kapasitas Hardware-Golongan Darah. 

Kelak di kemudian hari, berpeluang muncul banyak teori-teori lain, sekadar untuk menunjukkan betapa universalnya konsep STIFIn. Ini bisa dibilang teori palugada, apa lu mau gua ada.

Sejarah Perkembangan Konsep STIFIn : SIMPLE-AKURAT-APLIKATIF

beni badaruzaman

Sejarah perjalanan konsep STIFIn dimulai tahun 1999 ketika Farid Poniman bersama partnernya, Indrawan Nugroho, yang kemudian diikuti oleh Jamil Azzaini mendirikan lembaga training Kubik Leadership. Lembaga training tersebut setiap memulai program trainingnya terlebih dahulu memetakan peserta training sesuai dengan jenis kecerdasannya. Sebagai konsep, STIFIn kala itu bisa dibilang masih embrio. Perbaikan konsep dilakukan di sana-sini seiring dengan berkembangnya penyelenggaraan training Kubik Leadership. Namun, kala itu, tesis atau hipotesisnya sudah matang dan kukuh bahwa manusia memiliki kecerdasan genetik. Berapa persisnya, itulah yang saya sebut terus berkembang.
Pada awalnya, Farid Poniman menggunakan empat kecerdasan yakni S, T, I, dan F seperti kita bisa baca dalam buku best seller Kubik Leadership. Pergulatan intelektual dan penyempurnaan terus dilakukan oleh Farid Poniman, sebelum terbitnya buku ke DNA SuksesMulia yang akhirnya berujung pada penemuan kecerdasan ke lima, yakni In. Sekarang STIFIn sudah final dengan 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Artinya tidak akan ada jenis kecerdasan ke-6 dan tidak akan ada personaliti genetik yang ke-10.

Setelah dilakukan riset untuk sekian lama, kini konsep STIFIn sudah sangat kokoh. Kekuatan utamanya terletak pada konsep yang simpel, akurat, serta aplikatif. Kita bahas satu per satu ketiga frasa tersebut.

Simpel 
Mulai dari simpel. Kenapa disebut simpel? Penjelasannya sederhana karena dari miliaran manusia, oleh STIFIn dikelompokkan hanya dalam 5 mesin kecerdasan dan 9 personaliti genetik. Kita tidak pusing dengan pengelompokan manusia dalam banyak kotak, se-perti MBTI dan socionic yang mengelompokkan dalam 16 kotak. Jika berkaitan dengan kecerdasan, STIFIn cukup 5 kotak, yaitu:...S,....T,.....I,.....F,..... In. 5 mesin kecerdasan itu mencakup seluruh jenis kecerdasan yang ada yang dimiliki manusia di muka bumi ini. Bahkan alien pun, an- daikan alien itu memang ada, bisa dimasukkan satu diantara 5 mesin kecerdasan. Kalau dilihat dari bentuk kepalanya, berdasarkan foto yang beredar yang umum dipercayai sebagai makhluk luar angkasa, alien lebih menyerupai mesin kecerdasan Intuition.
Masih ada penjelasan lain kenapa konsep STIFIn disebut simpel karena bersifat multy-angle theory. Artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan teori kecerdasan dan personaliti dari disiplin ilmu yang lain. Seperti konsep otak kiri dan otak kanan (Roger W. Sperry) atau pembagian neokortek sebagai otak atas dan limbik sebagai otak bawah (Paul Broca) atau pembagian 6 Hexagonal Holland (John Holland) juga konsep DISC (Thomas International) atau bahkan teori lama Hippocrates Galenus dapat dengan mudah dibedah menggu- nakan STIFIn. Urai-an persamaannya sebagai berikut:

1. Otak kiri dan otak kanan sama dengan S+T dan I+F pada STIFIn.
2. Neokortek dan limbik sama dengan T + I dan S + F pada STIFIn.

3.   • 6 Hexagonal Holland, Artistic-Realistic, identik dengan Kanan- Kiri STIFIn,
6 Hexagonal Holland, Investigative-Social identik dengan Atas- Bawah STIFIn,
6 Hexagonal Holland, Conventional-Enterprising identik den- gan diagonal Organisasi-Produksi STIFIn.
D-I-S-C pada Thomas International identik dengan S-F-I-T pada STIFIn.
Kholeris, Flegmatis, Melaneslis, dan Sanguinis sama dengan S, T, I, dan F pada STIFIn.
Perbandingan lebih lengkap dengan berbagai konsep lama yang lain dapat dilihat pada tabel halaman 20 pada buku STIFIn Personality.
STIFIn dengan mudah dapat diaplikasikan untuk anak berkebutuhan khusus serta terapi masalah-masalah kejiwaan dan kesehatan fisik. Jangan terkejut jika kami mengatakan bahwa dunia kedokteran bisa menggunakan konsep STIFIn untuk mendiagnosis penyakit secara akurat. Namun, aplikasi yang paling jitu adalah ketika konsep STIFIn digunakan untuk praktik penggemblengan diri dengan prinsip fokus-satu-hebat. Konsep kecerdasan tunggal yang dianut STIFIn lebih mampu menjelaskan realitas otak dalam keseharian. Itulah penjelasan kenapa konsep STIFIn yang menganut kecerdasan tunggal lebih aplikatif ketimbang, sebutlah, konsep kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligence (MI) yang bisa digambarkan dengan meng- gunakan metafora sederhana: kepemimpinan ayah dalam keluarga. Menurut konsep STIFIn setiap orang memiliki seluruh otak, namun hanya ada satu yang memimpin (sebaliknya menurut MI ada dua, tiga, atau empat yang dominan). “A specialist in the construction of the whole” kata Daoed Joesoef.

Dalam satu keluarga yang terdiri atas bapak-ibu-anak, posisi pemimpin dipercayakan kepada bapak. Jika sang bapak maju, maka semua keluarga maju. Sehingga konsentrasi perhatian keluarga diprioritaskan pada sang bapak. Konsep kecerdasan tunggal yang dipakai STIFIn lebih aplikatif karena ternyata kecerdasan dominan (seperti sang bapak) mampu memiliki daya jalar yang lebih baik. Sementara kalau menurut konsep MI investasi yang dimiliki keluarga disebar kepada semuanya, sehingga postur investasi dalam keluarga terpolarisasi. Ingat bahwa kecerdasan yang lemah (dimetaforkan ibu- anak) tidak memiliki daya jalar sebagaimana kecerdasan dominan (dimetaforkan bapak).

Akurat 
Lantas kenapa konsep STIFIn disebut akurat? Semua itu karena STIFIn menguraikan cara kerja otak berdasarkan sistem operasinya, bukan kapasitas hardware-nya. Bayangkanlah satu kom- puter. Ok sudah? Yang dimaksud hardware adalah perangkat keras, sedangkan sistem operasi adalah yang berfungsi menghubungkan antara perangkat keras dengan aplikasi, seperti Microsoft Windows, Linux, Android, dan Macintosh. Nah, IQ itu adalah perangkat keras. Dengan demikian, mengukur IQ sama dengan mengukur kapasitas hardware. Makanya jika Anda tidak punya uang untuk melakukan tes IQ, tidak usah sedih, tinggal cari meteran, lalu ukur lingkar kepala, meski ini sangat kasar, tetapi kapasitas otak bisa diketahui. Kalau hasil pengukuran lingkar kepala Anda 60 cm, itu artinya IQ Anda kurang lebih 110. Mengapa dibilang sangat kasar karena dengan mengukur lingkar kepala semata-mata mengukur volume sel otak, sedangkan jumlah sambungan dendrit antar sel otak tidak diperhitungkan.
Berbeda dengan konsep yang lain, STIFIn menggunakan sistem operasi yang berbicara tentang jenis watak kecerdasan. Tiap jenis kecerdasan punya wataknya sendiri-sendiri. Jenis watak kecerdasan itulah yang kemudian disebut sebagai mesin kecerdasan. Jadi, STIFIn memetakan otak bukan berdasarkan belahan otak yang paling besar volumenya, melainkan berdasarkan belahan otak yang paling kerap digunakan. Itulah yang disebut sebagai sistem operasi. Membagi otak berdasarkan belahan otak yang berperan sebagai sistem operasi inilah yang membuat STIFIn akurat. Dalam sistem operasi tidak ada wilayah abu-abu, setiap jenis kecerdasan, seaneh apapun itu, dapat digolongkan ke dalam salah satu diantara 5 mesin kecerdasan yang ada dengan garis pemisah yang tegas.

Aplikatif 
Lalu kenapa disebut aplikatif? Jawabannya: konsep STIFIn bercirikan multy-angle field yang kurang lebih artinya, STIFIn dapat dipakai untuk menjelaskan bidang apa saja. STIFIn dapat diaplikasikan pada bidang learning, profession, parenting, couple, politic, human resources, dan bidang-bidang lainnya. Kenapa pasangan suami istri tidak harmonis? Kenapa Pak JK kalah dalam pemilu presiden? Kita dapat memakai STIFIn sebagai pisau untuk membedah dua pertanyaan itu. Tidak itu saja. STIFIn sudah menyiapkan modul-modul training secara tematik dari masing-masing topik tadi. Ketika konsep lain masih berkutat pada masalah-masalah umum, STIFIn sudah jauh di depan dengan menyiapkan training untuk masalah spesifik.

Mengenal Karakter Mesin Kecerdasan (MK)

beni badaruzaman
Setelah mengetahui letak masing-masing mesin kecerdasan (MK), kini giliran kita akan melihat karakter dari masing-masing MK tersebut. [Perlu diingat jika berbicara jenis kecerdasan, satuannya intel- ligences, jadi lengkapnya menjadi Sensing Intelligences, Thinking Intelligences dan seterusnya. Akan halnya satuan Personaliti Genetik (PG) adalah quotients
  • Sensing memiliki kecerdasan inderawi,
  • Thinking memiliki kecerdasan berpikir,
  • Intuition memiliki kecerdasan indera ke enam, 
  • Feeling memiliki kecerdasan perasaan, dan
  • Instinct memiliki kecerdasan indera ke tujuh. 
Uraiannya adalah sebagai berikut:
  • Kecerdasan S mengandalkan pancaindranya sehingga orang S cenderung praktis, konkrit, dan jangka pendek, sesuai dengan jangkauan panca inderanya.
  • Kecerdasan T mengandalkan pikiran logisnya, hal mana mem- buat orang T objektif, adil, dan efektif.
  • Kecerdasan I mengandalkan indera keenamnya dalam mengam- bil keputusan yang berarti jauh terproyeksi ke depan, menjadikannya orang yang sangat optimistis, jangka panjang, dan terkonsep.
  • Kecerdasan F selalu merujuk kepada perasaannya yang mem- buat orangnya bertenggang rasa, bijak, dan memimpin.
  • Sementara In selalu merujuk kepada indera ketujuh jika akan mengambil keputusan, menjadikan orang In spontan, pragmatis, dan rela berkorban.
Ada tiga istilah indera dalam penjelasan pada lima MK tadi masing-masing: panca indera, indera keenam dan indera ketujuh. Apa perbedaannya? Agar tidak salah pengertian, kita perlu bahas lebih rinci.
Perhatikan contoh ini: Dirut jenis S (mengandalkan keputusan- nya pada panca indera) tidak mau menaikkan targetnya tahun depan karena, menurut penglihatan panca inderanya, daya beli pasar menurun. Sebaliknya Dirut jenis I mengambil keputusan yang lebih optimistis karena hasil proyeksi indera keenamnya (diproses melalui penggunaan otak kanan) meyakini kondisi pasar tahun depan justru akan normal kembali bahkan lebih baik. Tapi Dirut jenis In yang mendapat pengetahuan begitu saja tanpa proses berpikir dari indera ketujuhnya memilih menurunkan targetnya karena menilai pasar tahun depan justru melemah dari tahun ini. Kira-kira kurang lebih begitulah perbedaan ketiga indera tadi di mana panca indera berdasar fakta, indera keenam yang memproyeksi ke depan, dan indera ketujuh yang mengandalkan naluri (atau firasat).

Atau bisa juga diibaratkan seperti ini:
  • S seperti kamera
  • I ibarat detektif dan
  • In layaknya naluri hewan.
Sekarang kita lihat 5 MK berdasarkan Konsep Triune Brain (Paul MacLean).

Menurut neurosaintis McLean otak manusia terdiri atas otak insani, otak mamalia, dan otak reptilia. Berdasarkan konsep ini, otak insani menempati posisi teratas dalam evolusi otak manusia. STIFIn sendiri berpendapat bahwa penyebutan otak insani yang mengesankan bahwa otak ini yang paling berbudaya dan paling tinggi kelasnya dibanding yang lain adalah keliru. Kami tidak sependapat dengan konsep ini. Seperti yang sudah dijelaskan pada sesi sebe- lumnya, setiap kecerdasan memiliki keunggulannya sendiri-sendiri. Tapi kita di sini tidak datang untuk mendebat konsep strata otak McLean.

Otak insani ditempati oleh kecerdasan T dan I. Mereka dengan kecerdasan T dan I memiliki kelas tersendiri karena keduanya memi- liki kesamaan dalam hal intelektualitas. Keduanya sama-sama jago dalam mengatur strategi, tidak mudah didikte, punya prinsip dan pola tersendiri, serta sama-sama keras kepala mempertahankan prinsipnya.

Sedangkan kotak S dan F berada pada strata otak mamalia. Mamalia jenis S berarti tukang makan, sedang mamalia jenis F berarti tukang kawin dan beranak. S dan F adalah sama-sama orang ‘lapangan’, lapangan rumput seperti mamalia. Mereka sama-sama eksekutor yang lebih menguasai arena kerja. Mereka sama-sama lebih tahan banting dibanding mereka yang memiliki otak insani. Orang S menguasai keterampilan teknis operasional, sedangkan orang F mahir dalam menggerakkan orang. Lihat, tipe ini tidak lebih buruk atau tidak lebih rendah kelasnya bukan, meski otaknya adalah otak mamalia.

Strata terendah dalam konsep MacLean adalah otak reptilia yang dimiliki kecerdasan In. Reptil digambarkan sebagai buas, ber- badan besar, tapi otaknya kecil sehingga gampang punah. Seperti halnya reptil, orang In merespon sangat cepat bahkan cenderung spontan apa saja dari lingkungannya. Tidak berpikir panjang, lugu,dan cenderung naif. Keunggulan otak reptilia ini adalah spiritualitas- nya yang tinggi, suka menolong dan berkorban demi kepentingan yang lebih besar. Jadi, sekalipun otaknya, menurut strata McLean, lebih rendah dari otak lain tapi ternyata dialah yang paling memiliki spritualitas tinggi. Jadi masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan bukan?

Coba perhatikan ini:
  • T yang logis dan objektif, cenderung raja tega.
  • I yang kreatif dan konseptor, cenderung a-sosial.
  • S yang dianggap suka bersenang-senang, rajin dan ulet.
  • F yang, upss.., dianggap mata keranjang, eh... malah sangat pandai berempati serta memahami perasaan orang lain.
  • In yang buas memiliki kesalehan tinggi.
Pendek kata, pada setiap MK yang memiliki kelebihan pasti akan selalu diikuti kelemahan pada sisi yang lain sebagai satu paket yang harus diterima sebagai fitrah kesejatian yang sejajar. Kesimpu- lannya, STIFIn mendudukkan tiga strata MacLean sebagai sederajat, bukan sebagai strata yang bertingkat.

Roger Sperry pemenang hadiah Nobel pada tahun 1981 mem- perkenalkan pendekatan otak berdasarkan kuadran, yakni kuadran kanan dan kuadran kiri. Sekarang masih banyak yang beranggapan bahwa otak pada kuadran kanan lebih bagus dan lebih hebat dari yang kiri. Otak kanan dianggap kreatif, fungsional, meruang, fleksi- bel, lebih manusiawi, sehingga dianggap lebih hebat. Banyak buku dan seminar yang diselenggarakan mengenai kehebatan kuadran otak kanan ini. Sebaliknya otak kuadran kiri dinilai cenderung kaku, terkotak-kotak, mementingkan disiplin, membosankan, menjadikan orang ibarat robot. Kami berpendapat pendekatan ini ketinggalan jaman. STIFIn, seperti sudah kami katakan berkali-kali, menganggap bahwa pendekatan otak kuadran kanan dan kuadran kiri memiliki kesetaraan dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing. Orang kanan yang pandai merancang tidak akan maju jika tidak ada orang kiri yang mengerjakannya.

Kemudian salah satu teori turunan dari konsep STIFIn yaitu ten tang Diagonal Produksi dan Diagonal Organisasi.

Kedua diagonal itu menguraikan kesamaan antara dua kecerdasan yang sebenarnya saling bertolak belakang. Diagonal Produksi merupakan persamaan sifat dari kecerdasan S dan I yang sesungguhnya berbeda layaknya bumi dan langit.
S sangat membumi, sedang tipe I sangat melangit.
S jangka pendek dan ‘rabun jauh’, sebaliknya I jangka pan- jang dan ‘rabun dekat’.
Tapi dibalik perbedaan yang sangat tajam itu terdapat persamaan yang juga amat mirip. S dan I sama-sama menyukai terlibat da- lam aktivitas produksi, meski dengan cara yang berbeda.
S membuat, I mencipta. S peniru, I kreator.
Diagonal Organisasi merupakan persamaan sifat dari kecerdasan T dan F. Sesungguhnya T yang raja tega dengan F yang malas mikir berbeda secara diametral seperti arah mata angin: utara dan selatan. Utara lebih dingin, Selatan lebih hangat.
Orang T lebih dingin dan berjarak dengan orang, F lebih hangat dan lebih dekat dengan orang.
Orang T menggunakan kepala, orang F menggunakan hati.
Namun diantara perbedaan yang sangat telak tersebut antara T dan F memiliki persamaan yaitu sama-sama suka mengorganisasi- kan.
Orang T mengorganisasikan dengan kepala dalam bentuk managerialship. T manager
Orang F mengorganisasikan dengan hati dalam bentuk leadership. F leader

Anda pasti bisa melihat perbedaan antara seorang manager dengan seorang pemimpin kan? Manager mementingkan proses dan hasil, pemimpin mementingkan manusia dengan emosinya.

Mengapa STIFIn mengkritisi MBTI karena, antara lain, teori diagonal ini. Berdasarkan teori diagonal ini sebenarnya tidak perlu ada tret/sifat Judging dan Perceiving pada MBTI. Karena Judging itu merupakan sifat utama dari diagonal organisasi dan Perceiving merupakan sifat utama dari diagonal produksi. Artinya Judging dan Perceiving tidak memiliki organ fisik tersendiri, melainkan sekedar persamaan sifat dalam diagonal.

Untuk memahami lebih dalam lagi tentang karakter masing- masing MK mari kita akan lihat sifat paradoks di dalam masing- masing MK.
  • S tahan banting tapi manja. Tipe S jika berjerih payah mengeluarkan keringat hingga banting tulang sekalipun, maka rasa penat dan rasa sakitnyapun cenderung berhenti di urusan fisik semata, tidak sampai dibawa ke urusan psikis atau hati. Namun di balik kekuatan banting tulangnya ini tipe S merasa perlu didukung orang lain. Ia membutuhkan seperangkat sumberdaya dan dukungan konkrit untuk mudah menjalankan tugasnya. Pada bagian inilah orang S kelihatan manjanya dan kurang mandiri.
  • Tipe T adalah mesin profit yang mahir tapi suka terjebak pada hal-hal sepele. Alasan kenapa tipe T bisa diandalkaan jadi pencari keuntungan karena kemandirian dan sistematikanya dalam bekerja. Namun ketika ada tuntutan untuk berpikir besar, tipe T malah menghabiskan energinya pada hal-hal kecil yang remeh-temeh, tidak esensial, teknis, padahal seharusnya ia bicara hal strategis.
  • Tipe I adalah reformis atau pembaharu tapi kurang sadar musuh. Tipe I berjiwa pengusaha dan menyukai perubahan, karena itu ia selalu melihat peluang untuk melakukan perubahan untuk mengimplementasikan konsepnya. Namun terkadang apa yang akan direformasi selangkah lebih cepat dari jamannya atau keinginan banyak pihak. Hal ini membuat orang I sudah melangkah jauh di depan, sementara orang lain tertinggal di belakang. Tipe I tidak memiliki interes untuk membangun platform. Baginya yang penting adalah memperjuangkan ide. Menurutnya ide adalah jalan terbaik untuk melangkah. Hal inilah yang membuat ia tidak sadar bahwa orang lain yang tidak terbawa atau tidak bisa mengikuti kecepatannya menjadi musuhnya. Mereka kecenderung memiliki musuh bukan yang datang dari samping tapi justru datang dari bawah oleh karena arus bawah tidak suka dengan tipe I yang terlalu bersifat vertikal.
  • Sedangkan sifat paradoks pada tipe F, antara lain, adalah visinya jauh ke depan tapi mudah menyerah. Tipe F layaknya seorang ideolog, pemimpin yang visioner, berani menghadapi arus yang melawannya, namun, sayangnya, kegigihannya seperti ‘hangat-hangat tahi ayam’, naik turun mengikuti mood-nya. Ketika ketidakstabilannya itu terbaca oleh lingkungannya mulailah muncul resistensi. Jika resistensi itu berlanjut pada skala yang lebih besar, apalagi jika ditambah persoalan-persoalan lain yang bersifat teknis dan non teknis, membuat ia cepat menyerah.
  • Pada tipe In, salah satunya, adalah generalis tapi tanggung, tidak tuntas. Tipe In memang serba bisa, responsif, cepat tanggap, pragmatis, dan berpikir holistik secara cepat, namun karena persentase pada empat belahan otaknya serba 50% yang membuat ia tidak menjalani pekerjaannya hingga tuntas.
Sekarang kita akan merinci masing-masing tipe kecerdasan. Kita mulai dari gambaran peran otaknya. Masih ingat kan bahwa setiap kita memiliki satu, hanya satu dan tidak lebih, kecerdasan dominan sehingga pada kecerdasan dominan itulah porsi analogis peran otak sebebar 100%. Jadi, pada tipe kecerdasan S dengan sendirinya porsi peran otaknya 100% pada limbik kirinya, sedangkan inferiornya berada pada I yang porsinya hanya sebesar 20%, adapun persentase T dan F-nya masing-masing + 40%; kalau T 45% maka F 35% atau sebaliknya. Mengenai profil keseharian S dapat diringkas dalam sepuluh sifat berikut ini: buktikan!, teliti, perhatian pada detail, menuntut bukti, rajin, pikiran terangkai, mendapatkan hasil, membutuhkan kepastian, suka mencontoh, suka non fiksi, dan kuat ingatan. Sesuai teori Pavlov tentang rangsangan dan hambatan, tipe S memiliki eksitasi tinggi dan inhibisi rendah. Artinya dirangsang dari luar (eksitasi) gampang dan tidak punya halangan (inhibisi) dari dalam untuk beraksi. Itulah kenapa tipe S ini mudah dibentuk, rajin serta berstamina. Kerena rajin dan berstamina itulah atau bugar karena hormon kortisolnya tinggi, tipe S cenderung memiliki keterikatan hubungan dengan harta, dimana ada hormon kortisol disitu ada duit; calon orang kaya.

Sekarang rincian untuk Tipe T. Berdasarkan persentase analogis, maka persentase otak neokortek kirinya sebesar 100%, dimana T berada. Berdasarkan teori menyilang superior-inferior, maka otomatis persentase F yang merupakan kelemahan orang T hanya sebesar 20%. Sedangkan persentase S dan I-nya masing-masing + 40%; atau jika S 45% maka I 35% atau sebaliknya. Lalu seperti apakah profil keseharaian kecerdasan T? Ini dia sepuluh yang paling menonjol: yaitu: “pikirkan!”, logis–rasional, kurang peka, dingin, jaga jarak, tanya data, kritis, tegas tuntut hak, maskulin. Apabila memakai teori Pavlov, maka tipe T memiliki eksitasi rendah dan inhibisi tinggi. Susah dirangsang dan pada saat yang sama punya halangan dari dalam yang besar. Orang ini susah digerakkan dan sulit bergerak sendiri. Kira-kira bisa disebut sebagai super defensif. Inisiatif dan kemandiriannya datang dari pikirannya, tetapi berhitung untuk beraksi. Meski super defensif, namun bertangan dingin, karena yang bekerja bukan ototnya tetapi kepalanya, sehingga cenderung memiliki kerkaitan dengan tahta; ya....calon penguasa.

Kini giliran Tipe I. Porsi peranan otaknya dapat dianalogikan sebagai berikut: Otak neokorteks kanannya yang ditempati I sebesar 100%, kecerdasan terlemahnya adalah S sehingga porsinya hanya sebesar 20%, sedangkan persentase T dan F-nya masing-masing + 40%; kalau T 45% maka F 35% atau sebaliknya. Adapun karakteristik sehari-hari yang ditampilkan tipe ini adalah : “bayangkan!”, gambaran besar, kreatif–unik, abstrak–teoritis, orientasi masa depan, pola beragam, analogi dan metafora, suka alternatif, suka cerita fiksi, hal besar dan strategis. Sementara eksitasi dan inhibisanya sama-sama rendah: Kesimpulannya orang seperti ini susah dirangsang, tapi tidak punya halangan dari dalam untuk beraksi. Dengan demikian tipe I ini hanya akan maju jika punya dorongan dari dalam, misalnya, ia punya mimpi. Apabila sudah terdorong dari dalam, maka tidak ada hambatan baginya untuk menjalankan programnya. Tipe seperti inilah yang sesuai dengan kemistri kata; calon pengusaha. Karena kualitas keputusannya sangat tergantung dari wawasan ilmunya (atau kata).

Sekarang Tipe F. Berdasarkan persentase analogis, peran limbik kanan sebagai mesin kecerdasan F-nya sebesar 100%, persentase T sebagai yang terlemah sebesar 20%, sedangkan persentase S dan I masing-masing + 40%; apabila S 45%, maka I 35% atau sebaliknya. Adapun sepuluh profil keseharian F yaitu: “rasakan...”, main hati, berorientasi pada orang, mengukur perasaan, hangat dan ramah, empatik dan simpatik, mudah tersinggung, suka ngobrol, meyakinkan, lembut dan penyayang. Jika memakai teori Pavlov, tipe F sama-sama memiliki eksitasi dan inhibisi tinggi. Mudah dirangsang dari luar tapi hambatan dari dalamnya juga besar terutama datang dari suasana hatinya yang cepat berubah-ubah, sehingga tidak mudah untuk beraksi. Akibatnya tipe F ini lebih mudah jika memanfaatkan potensi yang lain yaitu menebarkan cintanya yang punya stok banyak. Tipe seperti inilah yang cenderung berkemistri cinta; calon pemimpin.

Terakhir, rincian untuk tipe In. Inilah kecerdasan yang serba bisa tapi pada saat yang sama juga serba setengah. Porsi peran otaknya tidak memiliki sisi inferior seperti yang lain, karena selain In yang 100%, empat yang lain semuanya 50%. Adapun sepuluh gambaran kesehariannya: “ayo..cepat!”, spontan, naluri, senang terlibat, pragmatis, generalis, menolong, to the point, temannya banyak, mudah adaptasi, traumatik, pendamai. Tipe In tidak punya eksitasi dan inhibisi yang artinya orang tipe ini spontan, responsif, penolong. Tipe seperti inilah yang berkemistri dengan bahagia; calon pegiat nirlaba.
Lantas bagaimanakah cara belajar yang harus dilakukan setiap mesin kecerdasan? Apakah ada perbedaan cara masing-masing kecerdasan? Perhatian uraian berikut ini: Tipe S yang jago mengingat mesti rajin menghafal. Tipe T yang jago menalar harus rajin membuat skema pelajaran. Tipe I yang jago spasial mesti rajin berkreasi sendiri. Tipe F yang jago auditori harus rajin berdiskusi pelajaran. Dan tipe In yang jago merangkum sebaiknya belajar secara deduktif. Inilah salah satu perbedaan mendasar dari In dengan keempat tipe lainnya, yakni sementara keempat tipe yang lain induktif (dari detil ditarik kesimpulan), In justru belajar dengan cara deduktif (dari kesimpulan diuraikan ke detail).


Minggu, 20 Oktober 2013

Saya tidak butuh pujian, tapi penghargaan

beni badaruzaman

Tidak selamanya pujian itu memotivasi, jangan sampai salah memuji anak!. Atau sebaliknya, Anak yang seharusnya di puji-puji eh malah malah di tantang.
Khusus untuk anak Thinking introvert, untuk meningkatkan motivasi belajarnya ternyata harus diberi recognize (penghargaan) dari orang yang dihormatinya.
Haikal yang merupakan orang Thinking introvert ternyata tidak mempan dipuji. Jelas dipuji bagi dia itu sama saja pura-pura. Tidak berpengaruh!. Saya memang sebelumnya selalu menyamakan metoda pujian yang sama saya sampaikan kepada kakaknya. Dewi yang memang orang Sensing extrovert, itu harus luar biasa di manja dan selalu dipuji juga diiming-imingi sesuatu. Tapi itu tidak berlakubagi Haikal. Terbukti, semester satu di kelas satu haikal rangking 24 dari 25 siswa. Haha…. Om Ben salah treathment …. Kata teman-teman di komunitas Rumah STIFIn Banten.
Sejak saat itu saya rubah metodanya dengan mencari siapa orang yang dihormatinya. Mungkin selama ini saya belum masuk kategori orang yang dihormati Haikal.
Disetiap pembicaraan saya selalu amati siapa orang yang sering dia sebutkan. Oh, ternyata ada dua orang yang sering dia sebutkan, yaitu Guru Wali kelasnya dan guru ngajinya.
Nah ini merupakan klu buat saya untuk memotivasi belajar dia supaya bisa mencapai target 10 besar di semester 2 kelas 1.
Saya pun mendatangi sekolah Haikal untuk berdiskusi ke wali kelasnya agar Haikal diberi penghargaan di depan kelas karena berpakaian rapih dan berkuku paling bersih di kelasnya.
Saran saya pun di ikuti oleh gurunya, memanggil Haikal untuk berdiri di depan kelas dan memberi penghargaan bahwa Haikal adalah contoh yang berpakain rapih dan berkuku bersih.
Begitu pulang sekolah, langsung Haikal mencari saya dan istri dan menceritakan kejadian yang membanggakan dia.
“Pak tadi Haikal diri di depan kelas terus di bilangin sama bu guru, katanya haikal bajunya paling rapih dan kukunya paling bersih” Haikal sambil bergaya.
“Bapak bangga dan percaya sama Haikal!, makin hari haikal makin rapih dan bersih”
“Tapi Bapak lebih bangga lagi kalo Haikal diri di depan kelas karena haikal paling cepat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh bu guru, Bisa?”
“Bisa pak!, Haikal seneng berdiri di depan kelas pak”
“Ok. Kalo Haikal belajar lebih giat lagi, maka dede bisa masuk 10 besar nantinya, Siap!”
Sejak saat itu motivasi belajarnya luar biasa meningkat drastis, dan diakhir semester satu mengalami lonjakan yang besar, Alhamdulillah ada peningkatan naikmenjadi rangking 14. He … he ….
Begitu juga di lingkungan pengajiannya, sekarang dia berani mimpin teman-temannya untuk menjadi imam sholat, dan berani adzan dan qomat di waktu sholat.
Ya, hanya sebuah recognize atau penghargaan ternyata bisa mendongkrak semangat belajarnya. 

Rabu, 16 Oktober 2013

Bacaan Serius : Beli satu harus dua

beni badaruzaman

Punya dua orang Sensing di rumah ternyata harus ekstra budget juga ternyata. Istri dan Anakku Dewi bermesin kecerdasan sama yaitu sensing extrovert. Orangnya suka sekali mencontek atau meniru sesuatu yang menyenangkan panca indranya.
Diawal-awal saya menerapkan STIFIn untuk pola asuh keluarga, saya cukup kewalahan karena budget untuk dua orang sensing membengkak. Contoh kecil saja dalam hal urusan kerudung. Hampir setiap bulan selalu ada jatah kerudung untuk berdua. Memang tidak seberapa harganya, tapi itu loh kalo menurut saya mau berapa sih kerudung yang harus dipake? Tapi kalo inget posisi saya sebagai Pendukung utama orang sensing, hal ini harus saya lakukan agar mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu.
“Pak kemarin Dewi bilang sama ibu, temennya punya model kerudung baru warnanya ungu, kata dewi , cocok dengan sendal mainnya”
“Nah bukannya sudah dibeliin minggu kemarin yang warna pink, itupun alasannya sama cocok dengan bajunya”
“Kasian kan Dewinya pak, ingat loh orang sensing itu kalo tampilannya ngga Match, agak kurang pede lho pak!, kasian kan anak kita pak”
Lagi-lagi orang feeling luluh dengan rayuan, apalagi kalo demi anak.
“Ya udah beliin aja, ajak Dewinya sama ibu! Suruh pilih sendiri!, Ingat temenin yah!, sebagai ibu yang bermesin kecerdasan sama harus selalu terlibat dalam semua kegiatan anak” itulah kata-kata sakti sebagai seorang STIFIn Consultant.
Dikeluarkanlah uang seharga kerudung tersebut, dan istri pun tidak menyambut uang itu dengan segera.
“Kalo gitu bapak aja yah yang nemenin Dewi!, ibu mau ke tempat kerja dulu ngontrol karyawan”
“Loh gimana sih? Kan harus ibu yang mendampingi!”
“Ngga mau!” sambil siap-siap meluncur ke tempat kerja. Padahal saya pun harus segera meluncur ke sebuah tempat Pelatihan untuk memberikan Training.
“Terus gimana ….? ”
“Masak cuma Dewi saja yang dibeliin? Ibu juga kan sama kaya Dewi!, Sensing Extrovert juga” sambil megangin kantong belakang celana saya.
Akhirnya budgetnya pun double saya keluarkan, hehe … kena rayuan duo sensing lagi.

Jumat, 20 September 2013

Kenapa harus mengenal diri?

beni badaruzaman
Man arofa nafsahu faqod arofa robbah. Siapa yg mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhanmya. Hadits atau kata bijak seorang sufi itu adalah menyarankan kita utk terlebih mengenal diri.

Konsep mengenal diri disini berarti mengenal baik apa yg menjadi kekuatan kita, kehebatan kita. Sekaligus satu paket dgn mengenal kelemahannya sebagai bukti syukur akan pemberianNya, Tentu kita sadar bahwa semua itu merupakan sifat Rahman dan Rahim nya Allah terhadap hambanya.

Kebanyakan dari kita lebih banyak yang hanya mengetahui setengah dari dirinya. Yaitu hanya mengenal kelemahannya saja. Kita terlalu banyak mengeluhkan kelemahan-kelemahan yang tampak dari dalam diri kita. Kita terlalu sibuk mengurusi kehebatan orang lain dimana disitulah yang tidak ada dalam diri kita.
Cara yang lazim kita lakukan adalah menangasah kelemahan kita sedemkian kerasnya, bahkan sampai menginvestasikan sejumlah dana untuk membiayai kelemahan kita agar bisa mengejar ketertinggalan.

Hasilnya? Memang ada perubahan, tetapi sehebat apapun kita bergerak di kelemahan tersebut pasti masih jauh tertinggal.

Ibaratnya, jika skor kota di bidang yang menjadi kelemahan tersebut 5 lalu kita investasikan sejumlah dana untuk meng-upgrade keahliannya maka tidak akan pernah mencapai skor 10. Mengapa? Karena dibutuhkan kerja ekstra yang luar biasa. Lelah, ya karena itu bukan merupakan jalan yang sesuai dengan kita.
Coba sekarang kita bergerak dengan kelebihan yang kita miliki. Sebut saja skornya 7, maka kita akan mengerahkan segala daya upaya dengan hati yang genbira mengoptimalkan kelebihan kita maka skor akan mencapai raihan tertinggi bahkan lebih. Ya, karena seluruh tubuh kita akan bersinergi untuk menvapainya, tidak ada penolakan.
Jangan sampai kita sibuk dengan kelemahan saja sehingga kita lupa mengoptimalkan kehebatan yang kita miliki.

Kita fokus dengan kelebihan kita agar kita berada pada jalur yang benar sebagai bukti syukur akan kelebihan yang kita miliki, dan hadapi dengan sabar apa yang menjadi kelemahan kita. Suatu saat pada saat butuh di tingkatkan maka kita baru tambah keahlian tersebut. Saya menyebutnya dengan menambah keahlian, bukan membiayai kelemahan.

Yuk kita kenal diri kita! Ada tools yg SIMPLE ga pale ribet, STIFIn finger print tes. AKURAT karena secara genetis ditesnya. APLIKATIF bisa digunakan untuk berbagai bidang.

Lihat di contact, pilih promotor terdekat dengan dengan tempat Anda.
Yes! Sekarang saatnya untuk berubah.

Selasa, 27 Agustus 2013

Preview buku "Ini Cara gue Banget – Anakku senang, Aku Pun Nyaman"

beni badaruzaman



Artikel ini adalah preview tentang buku yang akan di launching di bulan Desember 2013. Pengennya sih launching tanggal 11-12-13, jika tidak aral melintang, Insya Allah.
Buku ini adalah suatu dedikasi dari kami agar keluarga Indonesia bisa memaksimalkan kekuatan dari masing-masing pribadinya. Bisa orang tua, Anak, Pelajar, Mahasiswa atau siapapun yang mempunya dedikasi yang tinggi terhadap keluarga dan juga seseorang yang ingin bertumbuh menuju ke tingkat martabat yang lebih tinggi lagi.
Sehingga kita bisa lebih mudah dalam cara bersyukur atas karunia dari Allah berupa Kekuatan yang diberikan. Tugas kita ternya hanya memaksimalkan dengan meraih sukses setinggi-tingginya dan mulia atas karunia tersebut dengan memberi manfaat seluas-luasnya kepada semua yang membutuhkan. 
Begitu kita lahir kedunia, orang tua kita langsung berjanji seiring pertama kali manyambut kita lahir. “Saya akan lakukan apapun yang terbaik untuk kesuksesan dan kebahagiaan kamu nak”
Apakah cukup sampai disitu saja? Memang setiap babak dan episode terus dilewati oleh orang tua kita. Dan mungkin banyak sekali yang tidak sesuai dengan skenario.
Tangisan bayi di tengah malam merengek sekadar hanya popoknya basah, atau rasa haus ingin susu. Disaat mana sebagian orang tertidur dengan nyenyak, kita harus menenangkan jabang bayi untuk kembali tertidur lelap.
Belum lagi teriakan  dan jeritan tanpa henti yang akan kita jumpai seiring pertumbuhannya menjadi balita.  Segala sesuatunya berubah seolah-olah semua yang kita lakukan tidak ada artinya.
Aktifitas kita tidak bisa sebebas lagi seperti dulu, kita selalu teringat dengan jadwal memberi makan terhadap anak kita. Belum lagi dinding yang penuh dengan coretan, rumah yang berantakan dengan mainan menyambut kita pulang kerumah.
Sambil terduduk merenung, kita bisa membayangkan apa jadinya anak kita nanti. Bagaimana masa depannya? Bagaimana cara mendidiknya? Bagaimana saya harus membimbingnya di tengah perubahan dunia yang begitu cepat? Sekolah apakah yang tepat buat anak kita? Sudah cukupkan bimbingan perilaku dan budi pekerti untuk anak kita? Bagaimana spriritualitasnya nanti? Sudah cukupkan kita membimbingnya ke tingkat spiritualitas yang tinggi sehingga dia tau cara bersyukur terhadap RaabNya? Saya tidak ingin anaku hanya mengejar dunia saja, tetapi juga harus membawa bekal nanti untuk kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.
Setiap kita sebagai orang tua tentu ingin mengantarkan anak-anaknya  ke dalam kesuksesan hidup. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya gagal atau sengsara. Itu adalah fitrah naluriah sebagai orang tua terhadap anaknya.
Banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat didalam fikiran kita. Semua itu bermuara pada satu tujuan yaitu “Ingin Mengantarkan Anak Menuju Kesuksesannya”.
Penawaran-penawaran tentang konsep pembelajaran buat anak, semuanya laris manis dan satu alasan bagi orang tua yaitu “Demi Anak”!.  Lalu? Kita sebagai orang tua tentu banyak sekali yang terpengaruh dengan iklan-iklan yang berkaitan dengan pendidikan anak. Bukan itu saja, banyak produk-produk yang ditawarkan berkaitan dengan perkembangan anak. Akhirnya semua prooduk dan jasa kita coba, siapa tahu ada yg cocok dengan anak kita. Bisa ditebak, hasilnya adalah tebak-tebakan. Tebak saja oleh kita. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya coba-coba. Seperti kata iklan “Buat anak ko coba-coba” he…he…
Yes, ini adalah persoalan kita sebagai orang tua, pertanyaan besarnya adalah adakah cara yang membuat kita sebagai orang tua merasa nyaman mendidik anak, dan anak pun tetap senang dengan caranya? Hmmm, pertanyaan ideal. Tetapi ada solusi yang saya telah praktekan dan sebarkan. Alhamdulillah, Aplikatif sekali. Saya dan Istri Enjoy, Anakpun Enjoy dan berprestasi. Mau tau?
Di buku ini akan dikupas bagaimana kita berkomunikasi dengan anak yang sesuai dengan setiap mesin kecerdasannya.  Setiap anak mempunyai sifat unik tersendiri, yang tidak bisa disamakan dengan satu lainnya. 
Keunikan tersebut harus terlebih dahulu ditemukan, apa yang menjadi kekuatan kita dan anak kita itu, atau kami menyebutnya dengan Mesin Kecerdasan. Setelah diketahui, baru kita bisa mengarahkannya sesuai dengan Mesin Kecerdasannya.
Karena Tuhan telah mengkaruniakan kepada kita satu Paket Kekuatan plus Kelemahan dalam satu paket yang tidak bisa ditawar-tawar lagi begitu kita lahir kedunia. Ini Hadiah Dari Allah SWT, berarti yang namanya hadiah itu harus kita pakai dan maksimalkan sebagai tanda dan bukti syukur kita pada Sang Pemberi Hadiah. Sebagai bukti syukur, maka kita wajib mengoptimalkan kekuatan kitan, bukannya mempersoalkan kelemahan kita!. Biarkan kelemahan terdidik secara alami, karena begitu kekuatan dimaksimalkan, maka otomatis kelemahan akan tertutupi, Percaya kan? Harus!.
Temukan Kekuatan itu ! Kenali Mesin Kecerdasan Anda dan Anak Anda!, Karena itu adalah pintu sukses cara bersyukur dengan ilmu yang benar. Seperti Kata Sang Nabi SAW “ Man arofa nafsahu faqod arrofa robbah” Siapa yang mengenal dirinya maka mengenal Tuhannya.
Berarti Kalo kita mau bersyukur dengan ilmu yang benar, ya Anda harus tau dulu Siapa diri anda, maka setelah mengetahui diri Anda Pasti tau cara bersyukur!, karena segala sesuatunya itu adalah datangnya dari Allah SWT. Percaya kan? Harus!
Setelah diketahui apa yang menjadi Mesin Kecerdasan (MK) kita, maka kami akan bimbing Anda dan Buah Hati Anda menuju jalur karpet merahnya sesuai masing-masing MK-nya. Pada buku ini Saya akan mengupas tuntas Aplikasi yang berhubungan dengan keluarga dan cara belajar Anak. Mau tau? Lanjut!
Di buku ini akan ada dua persoalan keluarga yang akan dibahas, pada bagian pertama adalah internal keluarga, yaitu tentang pola asuh anak dan komunikasi antar anggota kerluarga. Akan dibahas bagaimana kita menentukan soerang yang memiliki dedikasi yang paling tinggi dalam urusan pola asuh anak, selanjutnya kita sebut dengan parent leader. Parent leader ini berperan penting dalam menentukan aksi strategis tentang keputusan masalah pola asuh anak. Selanjutnya akan juga dibahas pembentukan atmosfir keluarga yang kita tentukan berdasarka mesin kecerdasan parent leader.
Dengan adanya seorang pemimpin dalam pola asuh anak, maka si anak akan menjadi lebih terarah karena komando jelas hanya ada satu. Tidak ada lagi dualisme yang membuat anak menjadi bingung dan tidak konsisten. Parent leader akan enjoy karena kekhasan dirinya tidak akan hilang, jati diri sebagai orang tua dengan bakat alaminya tidak akan hilang. Sehingga orang tua akan merasa dirinya menjalankan peran sesuai dengan kemistri bawaannya.
Anak pun akan enjoy, karena diperlakukan dengan tata cara dan proses kerja berdasarkan mesin kecerdasannya atau bakat alaminya. Tidak ada proses yang bertentangan dengan sistem operasi otaknya. Kenapa? Karena kita tau setiap anak mempunyai kekhasan tersendiri dan itu tidak diturunkan oleh orang tuanya.
Komunikasi akan tercipta dengan harmonis dengan selaras antara anggota keluarga dalam pola asuh yang sesuai dengan masing-masing kecerdasan. Nah di buku ini semua itu akan dibahas tuntas.
Aplikasi di keluarga yang paling mendesak adalah dengan kegiatan Anak-anak kita yang berhubungan dengan prestasi akademik di sekolah. Kegiatan akademik tentunya yang berhubungan dengan belajar.
Kata belajar sangat menyeramkan sekali bagi sebagian anak-anak kita. Buku ini akan membahas mengapa begitu dan bagaimana cara mengatasinya, sehingga belajar menjadi proses yang menyedangkan. Sehingga prestasi akademik akan terdongkrak.
Tahap-tahap proses belajarpun ternyata butuh warming-up (pemanasan), kita akan kupas tuntas cara pemanasan dari masing-masing Mesin Kecerdasan. Selanjutnya cara belajarnya pun pasti berbeda-beda, juga akan diuraikan sehingga anak akan menemukan kenyamanan dalam belajar.
Anda akan dibimbing menemukan cara yang tepat dan nyaman buat anak untuk terus ‘ON’ belajar. Ibarat mesin yang terus dipergunakan, perlu juga di set up ulang atau kalibrasi. Ternyata setiap anak pun perlu kalibrasi agar belajarnya selalu ‘ON’.
Pada akhir buku ini dibahas apa saja yang menjadi sumber kegagalan dalam hasil belajar, atau kita sebut sebagai penyakit belajar, dan lagi-lagi setiap Mesin Kecerdasan mempunyai penyakit belajarnya masing-masing. Dan tentunya buku ini akan memberikan solusi yang pas, bagaimana mengatasi penyakit belajar tersebut. Pokoknya Ikutin deh, Terbukti!
Akhir dari proses belajar itu tentunya perlu evaluasi dan re-evaluasi agar hasil dari pembelajaran berhasil secara maksimal. Semua ini tentu bukan hanya tanggung jawab anak saja. Tetapi juga tugas dari segitiga penggemblengan prestasi anak. Yaitu Orang Tua – Anak – Sekolah , ya kita perlu berkolaborasi untuk program penggemblengan anak, tidak hanya menjadi tugas sekolah, tetapi juga kita sebagai orang tua. Yes… ini cara gue banget!
Disarankan pada saat baca buku ini, pastikan seluruh anggota keluarga ada, dan bentuk kelompok kecil untuk diskusi antar semua anggota keluarga. Kebayang, keluarga kita makin harmonis, makin terjalin komunikasi yang hangat dan nyaman. Jangan heran jika Anda setelah baca buku ini dan di praktekan, pasti ketagihan ingin ngasih tau kerabat dekat, tetangga, juga kolega lainnya. Ya saya yakin itu, udah jangan terlalu banyak dipikirin, coba saja lalu praktekan. Masih mau coba cara lain? Duh berapa biaya kebodohan yang kita keluarkan hanya untuk coba-coba. Siap? Yes pasti siap, saya dan komunitas pun siap memberikan yang terbaik buat Anda dimanapun anada berada.
Yuk Orang Tua yang berbahagia, Bismillah, Ya Allah, Izinkan kami berproses untuk bersyukur kepadamu dengan cara-cara yang gue banget. Sebagai bukti syukur kami atas karuniaMu yang telah memberikan amanah kepada kami berupa anak-anak. Izinkan kami juga berproses untuk membesarkan dan mendidik anak-anak kami menuju kesuksesan dengan potensi yang diberikan Mu kepada anak-anak kami, agar mereka pun tau cara bersyukur. Amiin ya rabbal ‘alamiin.
"Khairunnas anfa’uhum linnas", yang artinya, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nantikan bukunya, Insya Allah Launching pada 11-12-13, mohon do'a dan dukungannya.
Dipersembahkan oleh Beni Badaruzaman (Writer "Ini Cara Gue Banget | Anakku Senang, Aku Pun Nyaman")
Ingin ngbrol lebih lanjut? follow : @beni_be