Selasa, 11 Juni 2013

Bersahabatlah dengan PERBEDAAN

Memiliki tiga anak, membuatku merasa sudah cukup mengenal karakter anak-anakku. Hanya saja, akhir-akhir ini kegelisahanku muncul setelah si bungsu duduk di kelas 3 SD dimana ia mulai memiliki jadwal belajar rutin dan berhadapan dengan materi pelajaran yang lebih kompleks. Satu hal yang membuat aku bingung dan khawatir adalah cara belajarnya. Kedua kakaknya biasa belajar dengan cara yang kuajarkan, yaitu duduk di ruang belajar, membaca materi, dihafalkan dan melakukan tanya jawab denganku. Berhadapan dengan si bungsu sungguh membuatku pusing, karena ia senang sekali belajar di kamarnya sambil memutar musik dengan volume keras..

(NS - Ibu Rumah Tangga)


Hmm...ternyata, memiliki tiga orang anak tidak berarti membuat kita telah mengenal berbagai karakter manusia. Setelah memiliki dua anak, maka dugaan yang sering terjadi adalah bahwa si anak ketiga akan memiliki karakter seperti salah satu kakaknya. Ternyata yang terjadi tidak seperti itu. Si bungsu justru memiliki karakter yang berbeda lagi. Contohnya di sini, ia memiliki gaya belajar yang  berbeda dibanding kedua kakaknya. Inilah yang umum disebut perbedaan individual, dimana individu yang satu pasti memiliki perbedaan dibanding individu lain, sehingga membuat masing-masing individu adalah unik.

Sebenarnya kita memiliki kesadaran bahwa kita memiliki perbedaan satu sama lain. Meskipun demikian, biasanya kesadaran mengenai perbedaan ini baru timbul setelah kita membanding-bandingkan antara satu individu dengan individu lain.

Secara umum, memang ada persamaan yang harus dialami oleh setiap anak. Misalnya pada tahap tertentu di usia tertentu anak mulai bisa tertawa setelah melihat orang lain tertawa, atau di usia tertentu anak harus mulai bisa merangkak, berjalan dan sebagainya. Sadarkah anda, bahwa para ahli perkembangan anak tidak pernah mengatakan “tepat pada usia satu tahun dua bulan tiga hari, seorang anak harus sudah bisa berdiri sendiri” Kebanyakan referensi perkembangan anak juga pasti hanya mencantumkan angka “14 bulan” sebagai patokan usia dimana anak biasanya sudah bisa berdiri sendiri. Melalui hal ini kita dapat melihat bahwa memang tersedia ruang untuk perbedaan individual dalam perkembangan anak.

Mengenai perbedaan individual itu sendiri, terdapat banyak sekali faktor yang dapat membuat seorang individu menjadi berbeda dari individu yang lain. Berawal dari masa kehamilan, bayi dalam kandungan tentu sudah terbentuk dari susunan genetik yang berbeda. Selain itu, kondisi emosi dan fisik ibu saat hamil juga mempengaruhi temperamen anak yang dikandungnya. Misalnya, saat mengandung si A, ibu merasa bahagia karena mengandung anak pertama, maka bayi A akan terlahir dengan temperamen tertentu. Lalu jika saat ibu mengandung si B, ia berada pada kondisi kurang nyaman (misalnya karena baru pindah pekerjaan baru), maka si B akan terlahir dengan temperamen yang berbeda pula.

Setelah lahir, si A diasuh oleh ayah dan ibu dibantu nenek yang sedang bahagia memiliki cucu pertama. Sedangkan si B kemudian hari diasuh oleh ayah, ibu dan dibantu oleh baby sitter. Dua pola asuh yang berbeda, tentu memberi dampak yang berbeda dan akhirnya menghasilkan pribadi yang berbeda pula.

Memasuki masa sekolah, perbedaan budaya sekolah, metode pengajaran, lingkungan pergaulan, dan lain-lain juga akan berkontribusi pada pembentukan kepribadian masing-masing anak kita. Belum lagi dengan memperhitungkan hubungan dengan orang tua, minat, bakat, dan masih banyak lagi. Bayangkan betapa banyak sumber yang dapat membentuk perbedaan individu, dan hal-hal tersebut ada di setiap tahap kehidupan.

Pada kesempatan ini, saya mengajak pembaca website StifinBanten.com untuk berpikir sederhana. Kali ini tidak perlu melihat perbedaan individual dari sudut pandang teori manapun atau dari pendekatan ilmiah tertentu. Melihat dari kehidupan sehari-hari saja sudah dapat membuka wawasan kita bahwa perbedaan individual ada dimana-mana.

Seringkali kita menengar bahwa anak yang dilahirkan kembarpun pasti akan memiliki perbedaan, dan dengan melihat banyaknya faktor pembentuk perbedaan individual, maka dapat dikatakan bahwa perbedaan individual tidak dapat kita hindari. Karena tidak dapat kita hindari, maka saya mengajak para orang tua untuk tidak mempermasalahkan adanya perbedaan di antara anak-anak anda. Sebagai orang tua, hal yang perlu kita sadari adalah bahwa terus menerus membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan orang lain dapat membuat anak kita merasa tidak nyaman. Hal ini karena anak akan merasakan adanya tuntutan-tuntutan tertentu terhadap dirinya.

Oleh karena itu, berhentilah merisaukan perbedaan anak anda. Dengan menjadi berbeda, sebenarnya anda dapat berbangga hati karena ini berarti anak anda cukup cerdas dan kreatif untuk  dapat mempelajari pola yang lain dibandingkan saudara-saudaranya. Sudut pandang baru yang perlu dibentuk adalah perbedaan justru merupakan hal positif. Karena dengan perbedaan, anak-anak kita dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan diantara mereka. Selain itu, perbedaanlah yang menjadikan kehidupan ini semakin lengkap, bervariasi, dan menarik. Bayangkan jika anda memiliki 3 anak dengan karakter yang persis sama. Jangan-jangan anda justru akan bosan mengurus anak-anak anda?

Maka marilah, mulai dari sekarang, bersahabatlah dengan PERBEDAAN!

beni badaruzaman

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

0 komentar :

Posting Komentar